Managemen Gereja

Managemen Gereja

Tantangan Gereja Masa Kini

  1. Tantangan eksternal
  • Adanya perubahan zaman: dari zaman modern ke postmodern & era disruption.
  • Era baru: moralitas baru dengan standar pribadi.
  • Informasi yang sangat cepat.
  • Ajaran sesat, bidat
  • Penganiayaan.
  • Manusia yang makin pandai, mereka hidup seakan-akan tidak membutuhkan Tuhan lagi.
  • Kehampaan hidup tetap terjadi, meski diisi dengan berbagai kecanggihan peradaban dunia
  1. Tantangan internal
  • Perpecahan. Ada gereja yang pecah karena masalah uang, beda penafsiran, perbedaan kepentingan, dsb.
  1. Tantangan Indivualisme
  • Manusia super sibuk dengan dunianya masing-masing.
  • Tidak ada kasih persaudaraan dan persaingan individu menonjol.
  1. Tantangan gereja terbesar
  • Gereja mencerminkan dunia.
  1. Gereja menjaga reputasi dengan cara kompromi.
  2. Berjalan dengan tidak mengganggu.
  3. Gereja yang tidak sehat karena pragmatis, menghalalkan segala cara, sekularisasi, ukuran hasil dengan angka.
  4. Adanya fenomena A,B,C . Gereja disebut bertumbuh karena Attendance, Building, Cash Flow balance.

Proses Aktifitas (Pelayanan)

Business

  1. Input : Factors of production : natural resources, human resources (human development), capital, entrepreneurship.
  1. Proses: Process of Conversion: form utility, place utility, time utility, possession utility, natural utility
  1. Output: Goods & Services

Gereja

  1. Input : Factors of production :
  • jemaat
  • pelayaan tahbisan & non tahbisan (human development).
  • sarana/prasarana
  • kewirausahaan pelayan
  1. Proses: Process of Conversion: Implementasi Program
  • diakonia
  • koinonia
  • marturia

Output : ABC (Kuantitatif)

  • Attendance
  • Building
  • Cashflow

ABC (Kualitatif)

  • Actual life in Christ
  • Built Christian Character
  • Community of believer

 

KONSEP DASAR MANAJEMEN

Etimologi

  • Secara etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yakni ménagement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur.
  • Namun ada juga kemungkinan lain jika istilah manajemen berasal dari Bahasa Italia, yaitu dari kata meneggiare yang memiliki arti “mengendalikan”, dan biasanya digunakan dalam konteks mengendalikan kuda kala itu.
  • Lalu kemungkinan dari Bahasa Italia inilah kemudian Bahasa Perancis mengadopsinya menjadi ménegement.

Definisi

Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Beberapa definisi:

  • George R. Terry: Manajemen adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, dan diikuti untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya).
  • Harold Koontz: Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain dan dengan kelompok yang diorganisir secara formal).
  • Mary Parker Follett: Manajemen adalah seni untuk memperoleh sesuatu melalui orang lain).
  • F.W. Taylor: Manajemen adalah seni untuk mengetahui apa yang anda ingin lakukan dan kemudian memahaminya bahwa hal tersebut dilakukan secara terbaik dan paling murah).
  • Koontz and Donnel: Manajemen adalah terlaksananya pekerjaan melalui orang-orang lain.
  • Peter Ferdinand Drucker: Manajemen adalah organ multi tujuan yang mengelola bisnis dan para manajer serta mengelola para pekerja dan pekerjaan).
  • Malayu S.P. Hasibuan: Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan.
  • T. Hani Handoko: Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan.
  • Cyril O’donnel: Manajemen adalah hal yang berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang lain.
  • James A.F. Stoner: Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Prinsip-prinsip Manajemen

  • Pembagian kerja (Devision of work).
  • Kekuasaan dan tanggung jawab (Authority and Responsibility).
  • Disiplin (Discipline).
  • Kesatuan komando (Unity of Command).
  • Kesatuan arah (Unity of Direction).
  • Kepentingan individu harus ditempatkan dibawah kepentingan organisasi secara umum (Subordination of individual to general interst).
  • Pemberian imbalan (Remuneration).
  • Sentralisasi (Centralization).
  • Mata rantai (Scalar chain atau hierarchy).
  • Keteraturan (Order).
  • Persamaan (Equity).
  • Stabilitas jabatan atau pekerjaan (Stability of tenure).
  • Inisiatif (Initiative).
  • Prinsip espirit de corps.

Hakekat Manajemen

  • Seni dan ilmu mengelola, berbicara dari sudut pandang realitas (you can’t manage what you can’t measure).
  • Bukan mengenai impian.
  • Berhubungan dengan fungsi, fakta dan efisiensi.
  • Mengenai tujuan, pengaruh dan sumber daya.
  • Demi hasil yang maksimal.
  • Yang kecil menghasilkan yang besar.
  • Terkontrol (adanya pengawasan dan supervisi).
  • Penggunaan peluang (hal-hal yang bersifat teknis).
  • Kemampuan untuk mendapatkan hasil-hasil yang diinginkan melalui penggunaan yang efektif dari sumber daya yang ada.
  • Suatu usaha merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, melakasanakan, menggkoordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efesien dan efektif.

Praktik Utama Manajemen

  • Bagaimana mendapatkan hasil yang optimal dari tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
  • Bagaimana menggunakan sumber daya yang tersedia secara efektif dan efesien.
  • Bagaimana mengorganisasikan berbagai unsur yang diperlukan termasuk sumber daya yang ada, dalam menjalankan manajemen itu sendiri.

 


ORGANISASI

  • Kata organisasi berasal dari bahasa Yunani “organon”, yang artinya alat atau instrumen.
  • Organisasi dipandang sebagai tool atau alat mekanis yang digunakan untuk membantu mencapai tujuan.
  • Manusia selalu memerlukan organisasi, sebab tidak ada orang yang mampu memenuhi kebutuhannya secara sendiri. Oleh karena itu ia memerlukan orang lain.
  • Hubungan antar orang tersebut dilakukan dalam organisasi. Organisasi juga berkaitan dengan lingkungan.
  • Lingkungan akan mempengaruhi organisasi. Kondisi lingkungan merupakan input bagi organisasi sekaligus sebagai pengguna output dari organisasi.
  • Organisasi adalah wadah kegiatan manusia.
  1. Organisasi adalah wadah kegiatan manusia yang terdiri dari komponen-komponen: alat untuk mencapai tujuan, alat untuk mengorganisasikan sumberdaya, memiliki batas yang relatif dapat diidentifikasi, sebagai sistem sosial sehingga dapat berperilaku, dikoordinasikan secara sadar, dan melibatkan lebih dari satu orang.
  2. Unsur utama organisasi: ada orang (pemimpin dan anggota), ada tujuan yang akan dicapai.

IMPLEMENTASI MANAJEMEN GEREJA

  1. Manajemen Sekuler dan Manajemen Gereja
  2. Contoh-Contoh Manajemen Dalam Alkitab
  3. Urgensi Manajemen bagi Pemimpin Gereja
  4. Tantangan & Hambatan Kepemimpinan Rohani/Gereja
  5. Mengantisipasi Perubahan
  6. Perencanaan Strategis Bagi Masa Depan Pelayanan

  1. Manajemen Sekuler dan Manajemen Gereja

Dalam menyikapi penggunaan ilmu manajemen bagi gereja, ada tiga sikap  berbeda yang diambil oleh para pemimpin gereja yaitu:

  1. Manajemen dan pelayanan gerejawi adalah dua fungsi yang berbeda (terpisah) satu dengan lainnya. Gereja adalah organisme yang tidak dapat dilayani dengan menggunakan teknik-teknik manajemen sekuler.
  2. Manajemen adalah sarana pelayanan, sehingga fungsi dan tekniknya dapat dimanfaatkan demi efisiensi pelayanan. Tidak ada perbedaan esensial antara fungsi dan teknik manajemen yang dipakai di dalam dan di luar gereja. Yang berbeda adalah pribadi yang melakukannya dan tujuannya.
  3. Manajemen adalah salah satu aspek pelayanan, dalam pengertian bahwa  manajemen bersifat sekunder dibandingkan dengan bidang-bidang pelayanan yang lain seperti persekutuan, diakonia, pembinaan jemaat, dll.

Berarti aplikasi manajemen dalam gereja adalah “administrasi” untuk  mendukung kelancaran pelayanan.

  1. Contoh-Contoh Manajemen Dalam Alkitab
  • Dalam memikirkan pentingnya manajemen dalam gereja, kita harus kembali ke sumber satu-satunya kebenaran yaitu Alkitab.
  • Hubungan Teologi dengan Manajemen:
  1. Alkitab memiliki banyak pesan mengenai manajemen
  2. TUHAN adalah pemimpin sekaligus manajer pertama yang paling handal
  3. TUHAN mengangkat manusia sebagai manajer atas ciptaan-Nya
  4. Manajemen digunakan sebagai sarana mengimplementasikan teologi
  • Ternyata, ada penggunaan prinsip-prinsip manajemen dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sbb:
  1. Manajemen logistik pangan raksasa yang dilakukan oleh Yusuf untuk mengatasi bencana kelaparan di Mesir (Kejadian 41-43).
  2. Manajemen produksi bangsa Israel dalam membuat batu bata pada zaman Firaun (Kel. 5: 6-11).
  3. Manajemen finansial dalam mendirikan menara (Luk. 14:28-30).
  4. Manajemen administrasi dalam hal kisah bendahara yang tidak jujur (Luk. 16:1-3).
  5. Manajemen pengetahuan atau manajemen dokumentasi dalam Yoh. 20: 30-31. Apa yang perlu dicatat dan didokumentasikan.
  6. Pengorganisasian kepemimpinan atas umat Allah yang dilakukan oleh Musa berdasarkan konsultasi dengan Yitro (Kel. 18:1-27; Bil. 11:11, 15, 17).
  7. Pembangunan kembali tembok Yerusalem oleh Nehemia (Neh. 1-13).
  8. Dalam kitab Nehemia terdapat aplikasi hampir semua aspek utama manajemen yang kita kenal pada zaman modern ini.
  9. Manajemen pelayanan dalam penggembalaan kawanan domba Allah (1 Pet. 5:2-3).
  10. Manajemen personalia yang dilakukan sendiri oleh Yesus ketika memilih, membina, dan mengutus murid-murid-Nya. Dia melakukan seleksi, asosiasi dan konsentrasi, sampai kepada delegasi, supervisi, dan reproduksi.
  11. Reorganisasi yang dilakukan oleh para rasul dalam jemaat Yerusalem setelah timbul masalah kurangnya perhatian/pelayanan terhadap janda-janda jemaat yang berbahasa Yunani. Dalam hal ini para rasul berkreasi secara kreatif dengan membentuk fungsi yang baru (diakonia) dalam jemaat berdasarkan kriteria personalia yang ditetapkan terlebih dahulu. Jadi di sini ada prosedur pemilihan dan penetapan dan penjabaran tugas yang baru (Kis. 6:1-7).
  1. Urgensi Manajemen bagi Pemimpin Gereja
  • Kebutuhan organisasi-organisasi Kristen akan pemimpin-pemimpin yang piawai dan mumpuni telah menjadi suatu kebutuhan bahkan banyak pendeta, perguruan tinggi Kristen dan guru besar seminari.
  • Para pemimpin gereja sepakat bahwa kita membutuhkan orang- orang yang dipersiapkan dengan lebih baik untuk mengelola secara efektif organisasi yang dibangun Allah untuk melaksanakan pekerjaan-Nya.
  • Banyak organisasi Kristen termasuk gereja menerapkan filosofi dan prinsip manajemennya dari dunia sekuler. Kekuatan dan kekuasaan dipandang sebagai cara untuk memanipulasi, memanfaatkan dan mengendalikan orang.
  • Dalam ayat Injil Matius 20:20-28 disinggung mengenai filosofi manajemen Yesus Kristus. Filosofi ini mengajarkan, dalam keadaan apapun, orang Kristen tidak pernah boleh bersikap “merajai” para bawahannya.
  • Sebagai pemimpin Kristen harus melayani bawahannya dengan membantu mereka mencapai kapasitas maksimum yang telah Tuhan tetapkan.
  • Manajemen yang bersifat otoriter memicu ketidakpuasan, frustrasi, serta sikap negatif terhadap pimpinan. Hal ini dibuktikan dalam kasus raja Rehabeam yang mengabaikan nasihat para tua-tua Israel mengenai manajemen Allah dan malah menggunakan kekuatan dan kekuasaannya untuk merajai rakyatnya sebagaimana tercatat dalam Kitab 1 Raja- Raja 12 :7;  “Mereka berkata: “Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka mereka menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu.”
  • Kekuatan dan kekuasaan pemimpin harus dipakai untuk melayani kebutuhan para bawahannya, pemimpin akan menemukan berbagai hal yang menggembirakan.
  • Sebagai balasannya para bawahan akan selalu melayani segala kebutuhan pemimpin dengan suka rela dan senang hati.
  1. Tantangan & Hambatan Kepemimpinan Rohani/Gereja
  • Para pemimpin, termasuk pemimpin gereja di milenium ketiga ini harus dipersiapkan.
  • Mereka harus memprakarsai perubahan dengan bertanya kepada orang-orang yang mereka layani, apakah gereja dan kepemimpinannya merupakan penghalang atau justru menjadi saluran untuk menghadirkan misi yang lebih efektif dalam konteks budaya mereka.
  • Ada beberapa faktor penentu maju mundurnya kepemimpinan rohani:
    • Kepercayaan dan perencanaan dalam kepemimpinan.
    • Sistem kelembagaan.
    • Pergantian kepemimpinan.
    • Peralihan sistem yang dipakai.
    • Pergeseran makna rohani.
  • Masalah kepemimpinan gereja berikutnya adalah tuntutan hidup yang tidak bercacat di hadapan Tuhan maupun jemaat (1 Tim 3 : 20).
  • Kepemimpinan yang menjadi contoh dan teladan bagi jemaat adalah model kepemimpinan yang membawa berkat bagi banyak orang termasuk jemaat Tuhan.
  • Gereja masa kini banyak mengalami kegagalan terhadap dosa hedonis, seks, jabatan hingga penyalahgunaan wewenang. Integritas pemimpin rohani menjadi hal yang beresiko merendahkan gereja Tuhan dan citra kepemimpinan kristen.
  • Aspek spiritualitas seorang pemimpin merupakan masalah yang patut mendapat merhatian berikutnya. Pemimpin yang memiliki spiritualitas yang baik tidak secara otomatis cakap dalam memimpin, sebaliknya orang yang cakap tidak otomatis memiliki spiritualitas yang baik.
  • Untuk menjadi pemimpin yang spititualitas dan cakap dalam memimpin memerlukan suatu perpaduan yang unik dari nilai- nilai, proses kehidupan, motivasi dan tujuan.
  • Ketika pemimpin rohani kehilangan kepekaan dan ketajaman pimpinan Roh Kudus dan bergantung kepada diri sendiri atau cara dunia, saat itu juga akan kehilangan pengaruh spiritualitasnya serta kehilangan kewibawaan kepemimpinannya.
  • Melalui manajemen kepemimpinan yang dilakukan oleh gereja maka akan membawa gereja mengalami peningkatan pelayanannya terhadap jemaat.
  • Para pemimpin gereja harus mempunyai semangat dan kreativitas yang diperlukan untuk menjalankan misi dalam masa-masa yang kacau-balau ini.
  • Gereja membutuhkan navigator-navigator yang menuruti suara Allah, bukan pembaca-pembaca peta.
  • Kemampuan navigasional harus dipelajari melalui lautan yang besar dan ditengah-tengah berbagai kondisi yang dihasilkan oleh angin, gelombang- gelombang, arus-arus , kabut-kabut, kegelapan, awan-awan badai, dan batu-batu karang.

  1. Mengantisipasi Perubahan
  • Perubahan adalah sesuatu yang menimbulkan gairah dan harapan baru, termasuk dalam hal kepemimpinan.
  • Perubahan adalah sesuatu yang normal terjadi dalam siklus hidup kepemimpinan seseorang atau organisasi. Namun ada sebagian orang tidak menyukai perubahan.
  • Tidak dapat disangkal bahwa perubahan memicu adanya kemajuan dan menuntut para pemimpin termasuk pemimpin-pemimpin gereja melakukan cara yang kreatif dalam menanggapi perubahan ini. Gereja bukanlah semata-mata sebuah organisasi melainkan organisasi yang hidup karena di dalamnya ada Roh Allah yang hidup yang siap mengarahkan dan menuntun gereja menjalani rencana Allah yang ditetapkan baginya.
  • Tantangan perubahan zaman tidak bisa dielakkan oleh gereja dan tentu Tuhan ingin memakai gereja mewarnai perubahan yang terjadi dan bukan menjadi pengikut perubahan melainkan agen perubahan.
  • Dalam perubahan yang terjadi dibutuhkan temperamen yang berbeda secara radikal, penggerak motivasi baru dan kemampuan yang menjangkau yang lebih luas serta pemimpin yang tidak terhalang dan tidak merasa aman ketika ia hendak berubah dan beradaptasi.

  1. Perencanaan Strategis Bagi Masa Depan Pelayanan

Perencanaan sebagai bagian dari proses manajemen adalah penting bagi keberhasilan suatu organisasi. Hal ini juga berlaku bagi gereja, walaupun masih sedikit penelitian yang dilakukan mengenai hubungan perencanaan dengan keberhasilan pelayanan dalam organisasi gereja.

  • Henry Migliore, et al (2010) dalam suatu studi empiris tentang hubungan antara proses perencanaan dan keefektifan pelayanan menemukan bahwa:
  1. Gereja-gereja yang lebih besar (jemaatnya terdiri dari 250 orang atau lebih) lebih cenderung melakukanperencanaan jangka panjang secara tertulis.
  2. Kebanyakan gereja telah menggunakan perencanaan jangka panjang selama kurang lebih tiga tahun dan telah mencapai peningkatan kehadiran 100 persen, dua kali rata- rata tingkat pertumbuhan yang dialami oleh gereja- gereja yang tidak menggunakan perencanaan jangka panjang.
  3. Keefektifan pelayanan ditingkatkan denga adanya rencana tahunan dan rencana jangka panjang secara tertulis.
  4. Kekurangan dalam perencanaan tertulis (tahunan/jangka panjang) merintangi kemampuan maupun efektivitas gereja/pendeta dalam melayani jemaat.
  5. Kebanyakan gereja dan pelayanan yang telah terlibat dalam perencanaan lebih berfokus pada jangka pendek daripada jangka panjang. Walaupun hal ini sudah lebih baik ketimbang tidak punya sama sekali. Ini juga berarti setiap rencana  tahunan tersebut tidak berhubungan dengan segala sesuatu yang sifatnya jangka panjang dan biasanya gagal menggerakkan organisasi ke arah yang diinginkan pada masa depan.

  • Rekomendasi dari studi ini mengharapkan: 
  1. Para pendeta dan para pemimpin gereja harus diajarkan tentang pentingnya pemanfaatan keterampilan administrasi dan manajemen, khususnya perencanaan dalam gereja.
  2. Mereka juga harus diberikan alat-alat yang perlu untuk menggabungkan  perencanaan ke dalam pelayanan gereja yang mereka layani.
  3. Hanya melalui doa dan penggunaan proses perencanaan, gereja, sebagai suatu organisasi dapat secara efektif menunaikan Amanat Agung yang telah diberikan kepadanya.
  •  Alvin J. Lindgren (2004) mengamati keadaan gereja dan mengatakan bahwa:
  1. Kebanyakan gereja tidak terlibat dalam perencanaan jangka panjang yang  sistematis.
  2. Barangkali inilah suatu alasan mengapa gereja belum mampu menjangkau masyarakat dan mengubah masyarakat dengan lebih efektif.
  3. Banyak gereja yang beroperasi berdasarkan perencanaan yang payah (parah).
  4. Mereka mempertimbangkan berbagai masalah yang mendesak dalam setiap pertemuan dewan pengurus tanpa menempatkan masalah-masalah itu dalam perspektif yang tepat dalam kaitannya dengan masa lampau maupun masa depan.

  • Alasan-alasan Klasik:

  1. Gereja kecil pun ada yang berpikir bahwa perencanaan tidak bermanfaat bagi mereka karena jumlah mereka masih kecil dan setiap orang dalam jemaat tersebut mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau dan apa yang sepertinya akan terjadi pada masa depan.
  2. Alasan lainnya adalah tidak ada waktu dan kekurangan sumber daya untuk  membuat perencanaan.

Dengan adanya perencanaan strategis (lebih lanjut dibicarakan dalam manajemen strategik), Gereja dapat memperoleh keuntungan karena proses yang sistematis dan berkelanjutan ini memungkin kita untuk :

  1. Menilai posisi gereja. Hal ini mencakup apa yang disebut dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) yang menilai kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) internal gereja, serta Kesempatan (Opportunity) dan Ancaman (Threat) eksternalnya. Tanpa perencanaan yang jelas, mungkin unsur-unsur ini tidak akan diketahui.
  2. Menentukan tujuan, sasaran, prioritas, dan strategi yang dilengkapi dalam periode waktu tertentu. Perencanaan akan memampukan gereja untuk menilai pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan akan menolong memotivasi staf dan anggota  untuk bekerja bersama- sama guna mencapai tujuan bersama.
  3. Mencapai komitmen dan kerja sama yang lebih besar dari para staf dan anggota yang diarahkan untuk menghadapi tantangan dan menanggulangi masalah yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi yang berubah- ubah.
  4. Mengerahkan sumber dayanya untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut melalui antisipasi dan persiapan. “Menyesuaikan diri atau mati” adalah suatu peringatan yang sangat tepat.

Untuk Direnungkan !!!

  1. Kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dengan kata manajemen walaupun Kepemimpinan lebih dahulu muncul namun kepemimpinan tanpa manajemen akan membuat kepemimpinan berjalan di tempat dan membuat orang-orang yang dipimpinnya tidak mencapai tujuan yang diharapkan.
  2. Seorang pemimpin khususnya seorang pemimpin rohani/gereja seharusnya menyadari bahwa manajemen akan sangat membantu mengembangkan kepemimpinan yang dilakukannya dan membuat kepemimpinannya jauh lebih efektif dan lebih efisien.
  3. Dengan manajemen maka para pemimpin gereja atau organisasi Kristen akan mampu mengelola semua tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan kepadanya.
  4. Namun masih banyak pemimpin gereja atau organisasi Kristen yang enggan atau malah menolak keikutsertaan manajemen dalam kepemimpinannya.
  5. Banyak orang bersikap hati-hati dan mempertanyakan sumbangsih dan perannya, khususnya dalam konteks pelayanan rohani.
  6. Manajemen dan pelayanan gereja adalah dua fungsi yang eksklusif satu terhadap yang lain. Gereja adalah organisme yang tidak dapat di-“layani” dengan menggunakan teknik- teknik manajemen sekuler.
  7. Manajemen adalah sarana pelayanan, sehingga fungsi dan tekniknya dapat dimanfaatkan demi efisiensi pelayanan.
  8. Tidak ada perbedaan esensial antara fungsi dan teknik manajemen yang dipakai di luar gereja dengan fungsi dan teknik yang dipakai dalam pelayanan gereja.
  9. Yang berbeda ialah pelaksanaannya dan tujuannya. Dalam gereja, peran, fungsi, dan teknik manajemen adalah untuk menjamin efisiensi pelayanan demi kemuliaan Tuhan.

Sumber: Dr. Tongam Sihol Nababan, SE., MSi

 

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published.