SPIRITUAL LIFE
Degrasi nilai, makna dan tujuan tidak luput terjadi juga di dalam pelayan kristen. Sebagai akibatnya pelayan kristen kehilangan keunikan dan kemurniannya. Pelayan kristen dipertanyakan kredibilitasnya baik dari sisi para pemimpin rohaninya. Banyak kasus membuktikan bahwa tokoh /pemimpin agama sekalipun kerapkali terjerat masalah hukum. Mungkin di dalam hati dan pikiran kita muncul pertanyaan: Mengapa ini bisa terjadi? Bukankah mereka adalah para pemimpin agama? Bukankah mereka lebih banyak membaca kitab suci dari pada jemaatnya? Bukankah mereka lebih sering mengikuti dan bahkan memimpin kegiatan-kegiatan keagamaan? Hal ini membuktikan bahwa religiositas berbeda dengan spiritualitas.
Religiositas berasal dari bahasa Latin religion yang berarti “menghubungkan kembali tali yang sudah putus (antara Tuhan dan manusia)”. Masing-masing agama mempunyai caranya sendiri untuk dapat menghayati kembali hubungan manusia dengan Tuhan, misalnya: berpuasa, beramal, bermeditasi, berdoa, bernyanyi, bahkan termasuk melakukan baptis dan perjamuan kudus. Sementara itu, spiritualitas berasal dari bahasa Latin spiritus artinya ‘roh, jiwa atau semangat.’ Dalam bahasa Ibrani ruach atau bahasa Yunani pneuma yang berarti ‘angin atau nafas.’ Jadi spiritualitas dapat diartikan sebagai ‘semangat yang menggerakkan sesuatu.’ Jika religiositas tampak jelas di dalam bentuk upacara-upacara keagamaan, tetapi spiritualitas lebih berbicara tentang semangat apa yang menggerakkan seseorang melakukan upacara keagamaan tersebut. Religiositas berbicara tentang apa yang tampak di luar, tetapi spiritualitas berbicara tentang apa yang terjadi di dalam. Spiritualitas yang sejati akan melahirkan religiositas yang sejati. Tetapi spiritualitas yang palsu akan menghasilkan religiositas yang semu.
Lalu, apa itu spiritualitas yang sejati? Spiritualitas yang sejati lahir dari hati yang telah diperbaharui oleh Allah! Semua tokoh agama percaya dan mengakui bahwa hati berperan sangat penting bagi spiritualitas. Firman Tuhan pun menyatakannya: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23)
Semua agama dan kepercayaan berusaha mengubah hati dengan cara mengolah pikiran,
perasaan, tubuh dan sosial. Mereka mengolah pikirannya dengan menghafal ayat-ayat dari kitab sucinya. Mereka mengolah perasaannya dengan menganggap semuanya adalah kosong. Mereka mengolah tubuhnya dengan berpuasa. Mereka mengolah sosialnya dengan menyendiri atau menyepi. Tetapi semuanya itu sia-sia. Mengapa? Karena manusia telah tercemar oleh dosa. Demikian pula spiritualitas yang menjadi masalah utama dan terbesar bagi spiritualitas yaitu hati manusia yang sudah tercemar oleh dosa. Karena itu sia-sialah melatih pikiran dan perasaan positif, melatih tubuh dan mencari lingkungan sosial yang baik, jika hati sudah rusak oleh dosa. Sekalipun manusia keagamaannya begitu baik, tetapi Firman Tuhan dengan sangat jelas dan tegas berkata: “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah, semuanya orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik seorang pun tidak” (Roma 3:10-12). Mengapa demikian? Kejadian 8:21 berkata : “yang ditimbukan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya”.
Apa solusinya? Apakah ada jalan keluar bagi hati yang sudah tercemar oleh dosa ini?
Jawaban atas pertanyaan inilah yang membedakan spiritualitas Kristen dengan spiritualitas yang lain. Jika spiritualitas yang lain lebih mengandalkan usaha manusia tetapi spiritualitas Kristen hanya bergantung kepada Allah. Puji Tuhan! Kita memiliki Allah yang begitu besar anugerah-Nya kepada kita orang berdosa ini. Dia menyatakan janji-Nya di kitab Yehezkiel 11:19-20 “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka” Hati yang baru dari Allah akan melahirkan spiritualitas yang sejati; dan spiritualitas yang sejati akan menghasilkan religiositas yang sejati.
Apakah itu spiritualitas Kristiani? Jawaban: Ketika seseorang dilahirkan kembali, dia menerima Roh Kudus yang memateraikan orang percaya itu untuk hari penebusan (Efesus 1:13, 4:30). Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan memimpin kita ke dalam “seluruh kebenaran” (Yohanes 16:13). Roh Kudus memimpin kita dengan mengambil hal-hal dari Allah dan menerapkannya kepada kehidupan kita. Ketika itu terjadi, orang percaya memutuskan untuk mengizinkan Roh Kudus menguasai dia.
Spiritualitas Kristiani adalah berdasarkan sampai sejauh mana orang percaya yang sudah dilahirkan kembali mengizinkan Roh Kudus memimpin dan menguasai hidupnya.
Karena itu, spiritualitas Kristiani adalah pilihan yang kita ambil untuk “mengenal dan bertumbuh” dalam hubungan sehari-hari dengan Tuhan Yesus Kristus dengan menaklukkan diri kepada pelayanan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Hal ini berarti bahwa sebagai orang-orang percaya, kita memutuskan untuk menjaga agar komunikasi kita dengan Roh Kudus tetap terbuka melalui pengakuan dosa (1 Yohanes 1:9). Ketika kita mendukakan Roh Kudus dengan berdosa (Efesus 4:30; 1 Yohanes 1:5-8), kita mendirikan penghalang antara kita dan Allah. Ketika kita tunduk kepada pelayanan Roh Kudus, hubungan kita tidak akan dipadamkan (1 Tesalonika 5:19). Spiritualitas Kristiani adalah kesadaran persekutuan dengan Roh Kristus yang tidak terputus oleh kedagingan dan dosa.
Karena itu, spiritualitas Kristiani adalah orang percaya yang sudah dilahirkan kembali yang memutuskan secara konsisten dan terus menerus untuk berserah pada pelayanan Roh Kudus.
Bagaimana Caranya Seorang Pelayan Kristen Tetap Dapat Memiliki Spiritualitas yang Baik?
- Menyadari sepenuhnya bahwa kita terbatas dan perlu anugerah Allah,
maka seharusnyalah kita bergantung dan bersandar penuh kepada Allah. Spiritualitas yang sejati dibangun bukan dengan kekuatan diri sendiri, tetapi dengan ketergantungan diri pada Sang Ilahi! - Memfokuskan hati pada Kristus. Fokuskanlah hatimu hanya pada Kristus (Filipi 2:5; Roma 12:1 Filipi 2:4).
Jadi, arahkanlah hati berfokus pada Kristus yaitu melatih pikiran dan perasaan seperti Kristus, mempersembahkan tubuh yang kudus seperti Kristus, merendahkan hati untuk melayani seperti Kristus. Maukah Saudara menjadi murid Kristus? Jika Saudara mau, mulailah dari dalam hatimu?
Selamat Melayani Tuhan PERMATA GBKP.. Tuhan Yesus Memberkati.
Sumber: LK3 Dasar Permata GBKP
Leave a Reply