Apakah Yesus Ikut Pemilu? // Pdt. Daud Sembiring

Apakah Yesus Ikut Pemilu? // Pdt. Daud Sembiring


Apakah Yesus menjadi anggota dalam partai politik? Pada jaman itu ada empat partai politik yang juga merupakan mazhab dalam agama Yahudi. Jadi, Yesus mempunyai sedikitnya empat pilihan untuk memilih berada dalam partai yang mana.

Pertama, Partai Eseni. Semua anggotanya adalah laki-laki yang membujang. Mereka melarang anggotanya menjadi tentara, pegawai negeri, atau pedagang. Mereka bekeja keras sebagai petani atau pengerajin, namun tidak mempunyai harta pribadi sebab semua penghasilan digabung menjadi milik bersama. Berbeda dengan orang Yahudi yang lain yang berdoa sambil berkiblat ke Bait Allah, orang Eseni berkiblat ke Matahari. Mereka cenderung mengasingkan diri dari urusan duniawi, bahwa ada yang tinggal di biara berdaya tampung seribu orang di Qumran.

Kedua, Partai Sikari atau Zelot. Kebanyakan terdiri atas para tukang, nelayan dan pedangan kecil. Mereka melawan pemerintah penjajah secara sembunyi dengan kekerasan senjata. Membayar pajak dianggap sebagai menghianati Allah. Mereka percaya bahwa Kerajaan Allah akan datang bila Israel menjadi tanah suci dan merdeka.

Ketiga, Partai Saduki. Terdiri atas tuan tanah, imam dan orang-orang yang berkedudukan tinggi. Mereka menyetujui bahwa imam besar diangkat oleh orang Roma dan Bait Allah diawasi oleh tentara Roma dengan imbalan bahwa orang Yahudi bebas beribadah.

Keempat, Partai Parisi. Terdiri atas orang-orang yang terpelajar, guru, pegawai negeri, dan ahli Taurat. Kaum Farisi merasa diri sebagai polisi agama, yaitu mengawasi semua orang untuk menjalankan Taurat terutama hal berpuasa, hari Sabat dan persepuluhan.

Yesus tidak menjadi anggota salah satu partai itu. Akan tetapi Jesus berpolitik. Ia mempunyai sikap politik. Sikap politiknya antara lain tampak ketika orang bertanya apakah pantas membayar pajak kepada pemerintah penjajah.

Jesus menjawab, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar”. Yang kedua, “Apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Dengan kata lain, orang mempunyai dwikewaranegaraan, sebagai warga kerajaan Roma dan sebagai warga Kerajaan Allah.

Selanjutnya, jawab Jesus itu berimplikasi bahwa negara dan agama merupakan dua entitas yang berbeda. Negara dan agama mempunyai bidang, urusan, tugas, wewenang masing-masing. Tidak boleh negara dan agama dicampur menjadi satu.

Sikap polik Jesus yang lain, tampak dalam pernyataanNya, “Kamu adalah garam dunia….Kamu adalah terang dunia’ (Mat. 5:13-14). Jangankan menjauh dari dunia, Yesus malah menyuruh pengikutNya menjadi orang yang menggarami (artinya: menjadi pencegah pembusukan) dan menerangi (artinya: menjadi hati nurani) dunia.

Sikap politik Jesus itu menjadi dasar bagi keterlibatan gereja dalam berpolitik. Jelas, gereja bukanlah lembaga politik. Gereja tidak menyamakan diri dengan sebuah partai politik. Gereja tidak menganjurkan umatnya memilih partai tertentu. Akan tetapi, gereja melakukan pendidikan politik. Salah satu bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK) orang dewasa adalah pendidikan politik melalui khotbah, buku, pemahaman Alkitab, dsb.

Itu bukan berarti bahwa kita menjadi anggota suatu partai melainkan bahwa kita mempunyai kesadaran politik. Kita bukan bersikap masa bodoh, melainkan mengkritisi keadaan cara setiap hari membaca fakta dan opini di surat kabar.

Kristus adalah Tuhan atas diri kita sebagai individu dan juga atas diri kita sebagai bangsa dan negara. Oleh sebab itu, kita turut berpartisipasi dalam menentukan warna keyakinan dan kebijakan mengatur negara. Salah satu cara pastisipasi itu adalah ikut pemilu dan pilkada.

Dengan ikut pemilu dan pilkada, kita ikut menentukan nasil hari depan masyarakat sebab suara kita akan ikut di hitung. Di situlah kita bisa memilih pemimpin yang bersih, gesit, cakap, kreatif dan produktif, kata menyatu dengan perbuatan, dan adil atas semua golongan etnik dan agama.

Dengan partisipasi itu kita sedang bersikap politis. Yesus pun jelas-jelas bersikap politis.

Akan tetapi, apakah Yesus ikut pilkada? Tentu saja tidak sebab Kaisar Tiberius, adalah pimpinan tertinggi. Gubernur Pontius Pilatus adalah pemimpin yang diangkat oleh Kaisar di daerah tempat kelompok Yahudi bercokol.

Lalu seadainya Yesus bersama kita sekarang ini, apakah Dia ikut pemilu dan pilkada. So pasti! Siapa yang dipilih-Nya? Itu rahasia donk. Amin.


Sumber: Pdt. Andar Ismail, Seri Selamat

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published.