Memento Mori // Andar Ismail // Selamat Mewaris // Pdt. Daud Sembiring

Memento Mori // Andar Ismail // Selamat Mewaris // Pdt. Daud Sembiring


Apakah dalam hidup ini ada hal yang pasti? Ada. Tetapi hanya satu! Apa itu? Bahwa kita semua akan mati.

Hanya itu yang pasti. Segala sesuatu yang lainnya serba belum pasti atau tidak pasti.

Memento mori! Demikianlah bunyi sebuah peribahasa Latin. Artinya: Ingatlah, Anda akan mati.

Apa perlunya kita diingatkan bahwa kita akan meninggal dunia? Bukankah kita semua sudah tahu? Benar, kita sudah tahu.

Tetapi dalam kenyataan, kita sering pura-pura tidak tahu. Atau lebih tepat, tidak mau tahu. Buktinya kita tidak mau berpikir atau berbicara mengenai kematian. Sengaja kita menghindar dari perenungan atau pembahasan tentang kematian. Kita tidak mau dekat-dekat dengan urusan tentang orang mati.

Siapakah di antara kita yang merasa nyaman duduk berjam-jam lamanya di tengah kuburan? Apalagi kalau  hari sudah gelap. Mana ada orang pasang iklan: “Dicari rumah yang terletak di sebelah atau di depan kuburan? Perusahaan real astate atau housing developer menawarkan perumahan dengan sebutan Lake view, Mountain View, Park View, Ocean View, River View, atau yang lainnya. Mana ada perumahan yang berlabel Cemetery View.

Kita juga tidak senang berlama-lama di kamar jenazah. Kita merasa seram dan ngeri berlama-lama memandangi wajah jenazah yang pucat dan kaku. Biasanya kita cepat-cepat buang muka dan berlalu.



Siapa pula yang senang jika seandainya tetangga kita menitipkan sebuah peti jenazah, meski peti itu kosong dan baru sekalipun? Kita membeli furniture ini itu untuk jadi pajangan di rumah. Tetapi apakah kita akan melatakkan sebuah peti jenazah sebagai furniture hiasan di kamar makan atau tidur kita?

Pokoknya kita mau menjauhkan diri sejauh mungkin dari segala sesuatu yang menyangkut kematian. Kita tahu bahwa kita akan mati, namun kita tidak mau tahu bahwa kita akan mati. Kita berlagak tidak tahu.

Namun, dengan bersikap pura-pura tidak tahu atau tidak mau tahu, sebenarnya kita sedang membohongi dan membodohi diri sendiri. Dengan bersikap demikian kematian bukan jadi tidak ada, melainkan cuma disembunyikan untuk semantara waktu. Sebuah kenyataan ada bukan untuk ditutupi, melainkan untuk dihadapi.

Oleh sebab itu, kita diingatkan: Memento Mori! Ingat anda akan mati! Apakah peringatan ini bermaksud untuk menakut-nakuti? Bukan! Apakah untuk mengancam atau mengintimidasi? Juga bukan!

Lihat bagaiamana pemasmur mengemas atau merumuskan memento mori. Tulisnya, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Msm.90:12). Memento mori dikemasnya sebagai sebuah permohonan. Ia memohon kepada Tuhan untuk belajar “menghitung hari”.

Ungkapan “menghitung hari” berarti menyadari bahwa hari-hari kita terdiri dari sebuah jumlah yang terbatas. Oleh sebab itu, pemasmur memohon agar ia mampu bersikap bijak dengan hari-hari yang terbatas itu. Ia memohon agar ia belajar menjalani hidup ini secara bijak.

Itulah sikap pemasmur terhadap kematian. Ia tidak menjauhkan diri dan juga tidak mendekatkan diri pada kematian. Yang diperbuatnya adalah menghadapi kematian dengan cara menjalani hidup secara bijak. Ia ingin belajar secara bijak, dan kelak mengakhiri hidup ini secara bijak pula.

Doa pemasmur itu mengilhami Sebastian Bach ketika menulis katanta “Actus Tragius”. Di situ terdapat kalimat, “Ach, Herr lehre uns bedenken, das wir sterben mussen, auf dass wir klug warden”. Artinya, “O Tuhan, ajarkan kami ingat bahwa kami akan mati, supaya dengan begitu kami penuh pertimbangan.”

Konon setibanya di pintu gerbang sorga ada orang yang langsung protes kepada malaikat. Katanya, “Mengapa begini mendadak? Mengapa tidak ada pemberitahuan lebih dulu bahwa aku akan meninggal?” Dengan tenang Malaikat menjawab, “Sudah berkali-kali! Tiga puluh tahun lalu berat badan anda di atas normal. Dua puluh tahun yang lalu tekanan darah anda jadi tinggi. Sepuluh tahun yang lalu rambut anda memutih. Bukankah semua itu pemberitahuan jauh hari di muka?”


Sumber: Andar Ismail, Selamat Mewaris

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published.