Surat Kepada Jemaat Sardis // KETULUSAN // John Stott // Sepanjang Tahun Menelusuri Alkitab // Pdt. Daud Sembiring
Surat Kepada Jemaat Sardis
KETULUSAN
“Aku tahu segala pekerjaanmu; Engkau dikatakan hidup padahal mati (Wahyu 3:1)”
__________________________________________
Surat yang didikete Yesus kepada Yohanes untuk dikirim kepada jemaat di Sardis adalah satu-satunya surat yang tidak mengandung pujian dalam bentuk apapun. Hardikan kepadanya seperti tiada henti. Hanya beberapa kata yang dibutuhkan untuk mengungkapkan kebangkrutan rohaninya: “Engkau dikatakan hidup padahal engkau mati!” Jemaat Sardis dikenal oleh enam jemaat lainnya di Asia karena semangat hidupnya. Tiada ajaran palsu yang berkembang dalam persekutuannya. Kita tidak mendengar baik tentang ajaran Bileam, ajaran Nikolaus maupun Izebel.
Tapi tampilan luar menipu dan jemaatnya seperti kuburan rohani. Mereka dikenal dengan semangat hidupnya, tapi sebenarnya tidak pantas atas reputasi itu. Ketika tatapan Kristus menembus permukaan, Ia berkata, “Tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku” (2). Reputasi yang diperoleh jemaat Sardis adalah reputasi dari manusia, bukan dari Allah. Perbedaan antara reputasi dan kenyataan, antara apa yang manusia lihat dan apa yang Allah lihat, sangatlah penting di mana pun. “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang ada di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati” (1 Samuel 16:7).
Terobsesi dengan tampilan dan reputasi pada gilirannya berujung kepada kemunafikan, hiokrisi yang Yesus benci. Awalnya, hypokrytes adalah seorang actor yang memainkan peran di atas panggung. Tapi kata ini lalu dipakai untuk setiap penjual obat atau orang yang berpura-pura dengan memainkan suatu peran. Kemunafikan dapat menjangkiti kehidupan jemaat, terutama ibadahnya. Tidak ada bedanya apakah kebaktian itu bersifat liturgis atau tidak, apakah ditandai dengan ritus Katolik atau Protestan, kesemuan yang sama dapat hadir. Kemunafikan adalah khayalan, sedangkan gereja sejati dan hidup ditandai dengan ketulusan.
Bacaan lanjut: Wahyu 3:1-6
Sumber: John Stott, Sepanjang Tahun Menelusuri Alkitab
Leave a Reply