Ketika Gereja Berselisih Pendapat II Andar Ismail II Selamat Sejahtera II Pdt. Daud Sembiring

Ketika Gereja Berselisih Pendapat II Andar Ismail II Selamat Sejahtera II Pdt. Daud Sembiring

KETIKA GEREJA BERSELISIH PENDAPAT

 

Ada orang saling menggigit dan saling menelan. Di mana? Di Gereja Galatia. Demikian tulis Paulus di surat Galatia 5:13-15. Di dalam tubuh gereja Galatia memang sedang terjadi perselisihan paham.

Selisih pendapat itu berkisar pada soal sunat (Lih. Gal. 5:1-12).  Apakah orang Kristen harus di sunat ataukah tidak? Sebenarnya persoalan yang lebih mendasar dicatat dalam pasal 3 dan 4 yaitu apakah orang Kristen harus menaati Taurat ataukah tidak?

Jadi, dalam gereja-gereja di provinsi Galatia terjadi pertentanan antara kelompok yang berpaham bahwa  orang Kristen harus menaati peraturan-peraturan dalam kelima kitab Taurat melawan kelompok yang berpaham sebaliknya. Perbedaan keyakinan teologis itu menimbulkan kebingungan dan kekacauan (lih. 5:10 dan 1:6).

Perbedaan pendapat ini rupanya berkembang menjadi polarisasi dan saling tarik menarik pengikut. Perhatikan ungkapan “giat berusaha untuk menarik kamu….supaya kamu dengan giat mengikuti mereka” (4:17).

Agaknya perselisihan pendapat ini kian meruncing dan kian menambah sikap saling membenci antara kedua kelompok ini. Perhatikan ungkapan “saling mengigit dan saling menelan” (5:15).

Apakah akibatnya kalau orang saling menggigit dan saling menelan? Dalam ayat 15 itu menurut Paulus, tanpa sadar kedua pihak sebenarnya sedang “saling membinasakan” (Yun. Analoothete= menjadi binasa, menjadi hancur). Siapa yang binasa atau hancur? Bukan hanya pihak lawan, melainkan pihak kita juga. Kita semua akhirnya hancur. Bodoh sendiri, bukan?

Agaknya sebuah faktor yang turut memicu konflik di Galatia ini adalah suasana kebebasan (lih. Gal. 5:1-13). Kelompok yang satu merasa bebas menyuarakan keyakinannya. Sebaliknya kelompok yang lain merasa bebas untuk mengabaikannya. Mereka bebas berpendapat. Tetapi kebebasan itu dipakai untuk mementingkan bahkan memaksakan pendapat pihaknya sendiri. Mereka merasa bebas, namun ingin menang sendiri. Akhirnya kebebasan itu dipakai untuk saling menggigit dan saling menelan. Perhatikan anak kalimat, “mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa” (5:13).

Menurut Paulus, itu bukan kebebasan melainkan justru perhambaan, yaitu perhambaan pada “keinginan daging” (5:16). Kemudian Paulus menjelaskannya dengan membuat dua daftar kebalikan antara “keinginan daging” dan “keinginan Roh” atau antara “perbuatan daging (ay. 19) lawan “buah Roh” (ay. 22). Saling menggigit adalah perbuatan daging dan kebalikannya adalah saling melayani (lih. Gal. 5:13).

Secara rinci Paulus memberi contoh tentang kehidupan daging dalan ayat 19-21. Perhatikan apa yang membuat orang jadi saling menggigit: “perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian”.

Selanjutnya Paulus menberi contoh tentang kehidupan Roh dalam ayat 22-23. Apa yang membuat orang saling melayani adalah: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri”.

Gereja di Galatia sedang berselisih pendapat. Sebenarnya berbeda pendapat adalah lumrah. Dua orang yang tidur sebantal mimpinya bisa berlainan. Dua orang yang bertelut di satu gereja keyakinannya bisa berbeda. Kita boleh berbeda keyakinan. Tapi masakan karena berbeda keyakinan, lalu kita saling menggigit dan saling menelan.

 

Andar Ismail, Selamat Sejahtera

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published.