PERMATA GBKP PEKA PERUBAHAN || HUT PERMATA KE 72 TAHUN || Pdt. Daud Sembiring, S.Th

PERMATA GBKP PEKA PERUBAHAN || HUT PERMATA KE 72 TAHUN || Pdt. Daud Sembiring, S.Th

Pdt. Daud Sembiring

Pada tanggal 12 September 2020 merupakan HUT Permata GBKP yang ke 72 tahun. Umur yang sudah (mestinya) mapan dari segi organisasi untuk berbuat dan berbenah ke arah yang lebih baik dalam menjalankan Tri Tugas Gereja (bersekutu, bersaksi dan melayani). Hendaklah momentum HUT yang ke 72 tahun ini mengingatkan kita untuk semakin peka terhadap perubahan jaman yang serba cepat, instan dan kompleks. Iman percaya kita haruslah mampu menangkap pesan ilahi dalam menjawab realita jaman ini. Jaman penulisan sejarah perbuatan Allah, perkataan Allah melalui nabi-Nya dan kanonisasi Alkitab telah final namun Firman Tuhan akan terus berbicara, menyapa dan berkuasa dari jaman ke jaman melalui gerejaNya. Tugas gereaja masa kini adalah mewartakan Firman-Nya kepada semua orang. Sebuah tugas yang amat berat sebab “Pemberita Firman” itu juga harus hidup dalam “Berita Firman” itu. Bukan hanya menceritakan tapi juga menghidupinya. Untuk itu hal pertama yang dibutuhkan adalah “Kepekaan”. Peka mendengar suara Tuhan, peka mendengar suara-suara jaman sekarang. Dengan melatih kepekaan kita mendengar suara Tuhan (FirmanNya) dan melatih kemampuan melihat, menilai dan merumuskan konteks permasalahan dan kebutuhan sekarang sehingga jawaban kita bukan hanya dalam tataran praktis, pragmatis dan temporal tapi juga teologis dan membangun spiritualitas iman kita (Permata GBKP). Misalnya saja tantangan saat ini adalah Tekhnologi Informasi, digitaliasi, hedonisme, konsumerisme, pandemic covid 19 dan sekian banyak persoalan lagi.

Pada moment HUT Permata ke 72 tahun ini, kiranya semangat Daniel yang mewakili Perjanjian Lama dan Timotius dari Perjanjian Baru menjadi penggerak kita melihat sesuatu yang besar dalam diri Permata GBKP yang Tuhan inginkan dari kita. Apakah yang dapat kita gali dari semangatnya Daniel? Daniel yang muda memiliki kualitas yang tidak ada cacat cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan mempunyai pengertian tentang ilmu yakni orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim (Dan. 1:4). Dari dalam kemudaannya, ia sangat menjaga kekudusannya baik dari segi makanan, pergaulan dan spiritualitasnya. Haram dan halal sangat kental dalam gaya hidupnya. Bukan hanya dalam ritual keagamaan tapi dalam pekerjaan dipercayakan raja kepadanya. Tidak korupsi, plagiat, tidak kompromi dengan kejahatan dll. Jam doanya jelas dan displin, tiga kali sehari. Integritasnya jelas, bahkan lubang singapun menjadi pilihan atas iman dan kejujuran yang dia emban sebagai amanah dan ibadah. Dan, Tuhan mengijinkan Daniel masuk lubang singa bukan karena Tuhan tidak mampu meluputkannya. Namun, melalui lubang singalah banyak mulut manusia disumbat kebuasannya melebihi buasnya singa yang sedang kelaparan.

Perlu juga ditambahkan bahwa dalam beriman, Daniel juga mengembangkan intelektualitasnya, bahkan dikatakan bahwa pada masanya tidak ada yang setara dengan dia di tanah Kasdim. Beriman boleh saja tapi pengetahuan juga harus dikembangkan. Tidak cukup hanya berdoa maka segala sesuatu berubah. Seperti kata Albert Scheitzer, “Doa tidak mengubah dunia tetapi doa mengubah orang dan orang mengubah dunia.” Dan itu, dilakukan oleh Daniel. Doanya mengubahkan hidupnya, dan hidupnya mengubahkan kerjaan dan kerajaan dimana dia tinggal dan hidup. Lebih lanjut, Daniel berani ambil resiko dari pilihan yang dia buat meskipun harus menjadi musuh bagi mereka yang tidak senang dengan jalan iman, jalan kejujuran dan cara kerjanya. Pekerjaan itu bukan satu-satunya yang berharga jika harus meninggalkan kekudusan, integritas dan hatinya. Bukanlah tipe pleasure yang dia harapkan tapi kualitas kerja. Namanya boleh diganti menjadi Beltsazar (nama sebutannya dimasa pembuangannyna), bahasanya boleh diganti dengan bahasa dan aksra Kasdim tapi identitasnya tetaplah keturan Yehuda. Nebukanesar berusaha menghapus identitas masa lalunya dengan sesuatu yang baru tapi Daniel menerima identitas baru tapi hatinya tetaplah terjaga.

Timotius sebagai tokoh muda yang dipercayakan oleh Paulus untuk membimbing sebuah jemaat yang besar di Efesus. Persoalan disana juga sangat kompleks dan rumit. Kata-kata Paulus yang terngiang ditelinga Timotius, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karna engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (I Tim 4:12). Melihat pengajaran Paulus ini, teringat kita akan seorang guru, filsuf, ekonom dan ahli hukum dari India, Namanya Chanakya, “Seseorang itu besar karena sifatnya, karakternnya bukan karena kelahirannya.” Anak raja belumlah jaminan memiliki watak seorang raja. Seorang rakyat jelata bisa mengubah hidupnya dengan meningkatkan kualitas hidupnya melebihi manusia yang rata-rata. Kualitas hidup kita harus memperlihatkan kita itu bukan mahluk rendahan tapi hidup yang teruji sehingga kita layak dipuji. Timotius membuktikan itu. Ia mau berdiri bukan dibawah bayang-bayang Paulus tapi menjadi pemimpin muda yang berkarakter dan beriman.

Belajar dari dua contah tokoh muda diatas, Sinode GBKP membuka ruang untuk pemuda (Permata GBKP)  untuk ambil bagian dalam pelayanan yang maksimal. Misalnya dalam Tata Gereja, bagian Tata Laksana BAB 1, Pasal 1 ayat 1,2 sebagai bagian dari indicator gereja yang ideal yakni: 1. Warga gereja adalah subjek dalam kehidupan bergereja. 2. Anak, remaja dan pemuda berperan penting dalam kegiatan-kegiatan gereja baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya sehingga regenerasi dan kaderisasi berjalan dengan baik. Beranjak dari dasar inilah maka hendaklah Permata GBKP menjadi subjek pelayanan bukan objek pelayanan, pelaku bukan penonton dalam tri tugas panggilan gereja. Saatna Permata itu maksimal bukan hanya dalam aras kegiatan gereja tapi dimanapun mereka berada, bekerja dan melayani hidunya harus mengubahkan situasi, keadaan menjadi yang lebih baik. Daniel berhasil, Timotius  berhasil, maka Permata GBKP juga seijin Tuhan sang Kepala Gereja haruslah berhasil. Berhasil bukan hanya menaklukkan dunia dalam perannya di bawah terang iman akan Kristus tapi menaklukkan hidupnya bagi kemuliaan nama Tuhan. Melakukan yang terbaik untuk keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan negara. Belajar dengan tekun, melakukan pekerjaan dengan penuh dedikasi tinggi, mengemban amanah sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan maka pekerjaan itu adalah ujian untuk meningkatkan taraf ekonomi, kepercayaan orang banyak dan membawa perbaikan dimanapun Permata GBKP itu hadir dan berbuat.

Dengan semangat yang  begitu menggelora ini, maka momentum HUT yang ke 72 tahun ini menyadarkan dan menyentakkan kita mengejar keterlambatan kita selama ini, PR yang tertunda dan rencana yang terbengkalai untuk diperbaiki ulang, menata keaarah yang lebih baik. Dengan demikian kita tidak akan takut kehilangan regenerasi dan kaderisasi di tengah-tengah GBKP ini baik dalam konteks masa sekarang dan masa depan. Mengutip perkataan Anies Baswedan, “Anak muda memang minim pangalaman karena itu ia tidak akan tawarkan masa lalu, anak muda menawarkan masa depan.” Memang Permata belum banyak torehen kesuksesan masa lalu yang bisa dibagikan dan diceritakan tapi masa depan bisa kita ukir. Atau perkataan Fraklin D. Roosevelt, “Kita tidak bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita membangun generasi muda untuk membangun masa depan.” Salah satu penentu sejarah masa depan adalah Permata GBKP. Permata GBKP harus dibekali dalam iman, karakter, integritas, intelektualitas dan keahliaan sehingga bisa berbuat membawa perubahan dimana pun ia berada. Marilah kita asah dan latih kepekaan kita mendengar Firman Tuhan melalui displin beribadah, doa, dan baca Firman. Selain itu, latihkah kemapuan kita membaca situasi, menawarkan solusi dan melatih kepekaan terhadap setiap kondisi. Tingkatkan kualitas diri semoga kehadiran Permata GBKP mampu menjadi jembatan Firman Tuhan dengan kenyataan. Kehadiran Permata GBKP menjadi harapan masa depan.

Akhir kata menutup kalimat ini, saya mengucapkan “Selamat ulang tahun Permata GBKP yang ke 72 tahun, khususnya Permata GBKP Runggun Namorambe, tempat kami dipertemukan Tuhan dalam bingkai kasih.” Amin.

Salam

 

 Pdt. Daud Sembiring, S.Th

(GBKP Rg. Namorambe)

____Klasis Medan Namorambe_____

Share this post

Comment (1)

  • M. Nasir Reply

    SANGAT BAGUS

    September 4, 2020 at 8:32 am

Leave a Reply

Your email address will not be published.